Oups! Sangat lama tidak melirik, mengusap, dan memeluk blog ini.
Maafkan saya untuk ketidak-konsisten-an dalam menulis disini.
Justifikasi untuk kelakuan saya ini adalah beberapa bulan terakhir ini
saya kehilangan mood untuk menulis di blog, kesibukan adaptasi yang
lumayan menguras energi dan waktu, kebaikan hati dosen dalam memberikan
tugas kuliah yang berhasil menghilangkan nafsu menulis non-akademik, dan
yang paling mendukung kealpaanku di blog adalah my responsibility atas
beberapa proyek baik di kampus ataupun di rumah. Maaf lagi saya terlalu
banyak alasan.
Sekarang saya ingin mereview secara singkat
beberapa hal yang terjadi di bulan-bulan lalu yang tidak sempat saya
ceritakan secara detail dalam blog ini. Terlalu kadaluwarsa kalau
detail-detail. Dan postingan ini hanyalah sebuah pengantar dari
posting-posting selanjutnya yang akan segera rilis dengan lebih ciamik!
Buddy-System
Ini adalah salah satu program kerja
dari Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Korps Mahasiswa
Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada sebagai pengganti
keberadaan Dosen Pembimbing Akademik. (fyi, hanya jurusan Ilmu Hubungan
Internasional yang tidak memiliki Dosen PA). Dalam sistem ini, sekitar
7-9 mahasiswa baru menjadi satu kelompok dan didampingi oleh dua kakak
buddy serta satu observer. Tugas dua kakak buddy adalah membantu segala
hal yang berhubungan dengan akademik ataupun non-akademik selama itu
relevan dengan kehidupan di HI. Sedangkan kakak observer adalah
mengawasi kinerja kakak buddy, tapi pada kenyataannya, akhirnya
fungsinya tidak jauh berbeda dari kakak buddy.
Dalam buddy system
ini, saya masuk grup sebelas, awalnya grup tiga, namun entah dengan
latar belakang apa saya dimutasi. Komposisi buddy sebelas sendiri
terdiri dari saya, Neisha Prabandari, Sally Hannah, Aisha Sabila,
Japrenata, Panggih Prabowo, Alam Perdana, dan Freydo Hidzkia dengan
kakak buddy Dimas Valdy, Sriwiyata Ismail, serta kakak observer Ikhwan
Hastanto.
Jujur, awal bertemu mereka saya underestimate *maklum
waktu itu masih polos dengan pandangan kalau anak semua HI bermuka kaum
proletar, kecuali saya*. Mungkin nanti akan saya ceritakan detailnya di
sesi khusus personal personil buddy sebelas. Semoga post tersebut
bukanlah utopis.
Walaupun tidak dengan semua personal saya
merasakan kedekatan emosi, setidaknya buddy sebelas melahirkan keluarga
baru bagi saya. Banyak pelajaran hidup dan motivasi yang mereka berikan
untuk saya. Keberadaan ketiga kakak yang superior dengan jalan-jalannya
masing-masing membuat saya terpacu untuk bisa lebih dari sekedar
mahasiswa. Kehadiran kawan-kawan buddy pun membantu saya keluar dari
comfort zone dan mencoba pengalaman baru. Saya merasakan betul bagaimana
pola pikir saya cukup terinfeksi dengan pemikiran-pemikiran mereka dan
semua itu menambah wawasan saya.
Social Work
Nah
ini, program perpanjangan tangannya sistem buddy. Sebuah kegiatan yang
cukup banyak menguras emosi jiwa dan raga karena saya harus bertemu dan
dipaksa bekerja sama dengan orang-orang yang berbeda kelas dengan saya
sehingga sangat mempengaruhi prespektif antara kami. Sehingga tidak
dipungkiri banyak gesekan yang terjadi antara kami. Untung saja, tema SW
kami -gabungan buddy sebelas dan duabelas- adalah Pendidikan sehingga
tidak cukup sulit untuk memutuskan apa yang akan kami lakukan bagi
masyarakat sekitar. Yap benar, proyek kami adalah mengajar di SDN 2
Kandangan. Gesekan yang saya sebutkan tadi lebih ketika proses menuju
eksekusi, jadi walaupun terseok-seok, kami tetap mampu menyabet gelar
Best SW. Mungkin karena tema kami sangat mendukung dan tidak membutuhkan
banyak inovasi agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh subjek
sasaran. Namun lebih dari itu semua, saya mendapat banyak nilai
kehidupan dari SW. Kerja keras adalah satu dari sekian banyak nilai yang
saya dapatkan.
HI UGM angkatan 2012
Ahhhh..begitu banyak intrik
disana. Harus ada sesi khusus untuk menceritakan polah teman-teman HI
2012, apalagi kalau harus bercerita tentang Kula Nuwun Party. Sebuah
pesta yang wajib diselenggarakan oleh kami -mahasiswa baru- untuk
menjamu empat generasi HI diatas kami.
Secara general, di HI ini
saya merasa "lumayan hina" dengan berbagai image yang teman-teman HI
berikan untuk saya. Seriously, sebagian dari mereka menganggap saya
adalah "ibu dari mereka" karena mereka menganggap sikap dan perilaku
saya sangat keibuan. Oh God, saya sangat heran, dari sisi mana mereka
melihat hal tersebut? Belum lagi panggilan "suketi" yang mulai populer
kembali, gosip percintaan tentang saya yang cukup mengganggu (predikat
jomblo kebelet nikah tapi setelah dilamar justru tidak mau, dipasangkan
oleh teman seangkatan tapi senior), dan masih banyak lagi pencitraan
yang sama sekali tidak saya harapkan.
Walaupun begitu, saya tetap
menemukan kebahagiaan disana, setidaknya konstruktif teman-teman kepada
saya membuktikan eksistensi saya. Bahwasannya, sebagai individu saya
masih dianggap keberadaannya oleh mereka dan setidaknya pula saya masih
bermanfaat bagi mereka, setidaknya untuk membuat mereka tertawa.
Bukankah membuat orang lain bahagia adalah sebuah tindakan baik yang
menghasilkan pahala?
takeline semester genap: lelah, lumayan hina, mbelgedhes
BLOK_HIJAU
Selasa, 09 April 2013
Kamis, 15 November 2012
no words again :)
tidak ada yang bisa saya tuliskan untuk mengungkapkan apa yang saya rasakan sekarang, terlalu banyak hal-hal yang belum juga bisa saya realisasikan. Terlalu penuh hati dan pikiran ini. Saya perlu menguraikannya satu per satu. Fokus dan konsisten dengan apa yang telah saya rencanakan. Fighting! Mimpi ini bukan utopia! Yakinlah...
Selasa, 23 Oktober 2012
my life style
PERFECTIONIST, MOODY, ORGANIZED
NO ONE PERFECT, JUST DO THE BEST FOR EVERYTHING, YOUR EFFORT YOUR LIFE!
NO ONE PERFECT, JUST DO THE BEST FOR EVERYTHING, YOUR EFFORT YOUR LIFE!
Tersengat!
Belum banyak perubahan yang terasa, namun setidaknya saya mulai merasakan sentuhan-sentuhan hangat semangat. Sedikit demi sedikit, saya mulai membangun kepercayaan diri. Dari hal-hal kecil saya berani mencoba dan menantang diri saya sendiri untuk melakukan hal-hal "gila". Ini menurut saya penting, tanpa keberanian untuk mencoba, saya hanya akan berhenti di titik ini. Dan itu terlalu gila untuk saya terima. Karena ini bukanlah suatu pencapaiannya yang patut dipertahankan. Akan ada banyak hal di depan sana yang telah menunggu kehadiran saya. Saya, mereka, takkan pernah tahu akan bagaimana akhirnya. Ketakutan hanya akan memperpuruk kondisi saya.
Cukup sekali saya menodai catatan hidup saya sendiri dengan tinta merah. kebodohan telah benar-benar membutakan saya. Begitu manjanya saya ketika tak mampu berdiri di kaki sendiri. Saya lupa kaku saya masih memiliki dua buah tangan. Bagaimana mozaik hidup ini belum seberapa kesakitannya. Takkan lagi saya pertaruhkan usaha yang saya bangun bertahun-tahun sia-sia, komitmen saya untuk selalu total juga tak mungkin saya relakan berujung abu. Memang keyakinan pada Allah hanyalah satu-satunya pegangan saya untuk selalu berharap yang terbaik baik di depan atau di belakang semua yang berjalan bersama saya. Tetapi itu lebih dari cukup. Tak ada yang bisa diandalkan selain Allah, saya hanya bisa mempercayakan apapun pada Allah, Dia satu-satunya yang dapat dipercaya dan hanya Dia pulalah yang benar-benar bisa menepati janji.
Tak ada yang tak mungkin, tak ada yang tak berubah, bahkan walaupun itu tentang hati. Kesabaran dan kebesaran hati pasti juga akan merobohkan kekakuan jiwa. Jangan sekali-kali memvonis hati orang kepada diri sendiri, itu takkan pernah menjawab keeraguan. Justru semakin memperkeruh lautan perasaan yang tak terungkapkan. Berpikir positif terhadap diri saya sendiri dan orang lain layaknya harus saya tingkatkan, Tidak selamanya intuisi ini mengacu pada kebenarannya. Keseimbangan hati dan pikiran wajib untuk dilatih.
Kebahagiaan akan saya rasaka jika saya meniti tiap-tiap pijakan dengan mensyukurinya dan tanpa berfikir hal itu adalah sebuah kesalahan. Saya takkan pernah tahu itu benar, kalau saya tak mengetahui apa yang salah. Nikmati tiap prosesnya, proses terjatuh, tertatih, sakit, berdiri, meloncat, dan apapun proses itu.
Saatnya membuka mata, saya bukan pecundang yang tak memilki talenta, namun waktu saja yang belum mengizinkan orang lain menikmati talenta yang saya miliki. Tak boleh hanya menunggu, bukan lagi saatnya saat menunggu umpan, kini saatnya saya berpijak, meloncat, dan terbang.
Ini seperti sengatan lebah dan membuat saya berteriak sehingga menyadarkan diri ini terhadap beberapa hal yang luput. Sakit dan meninggalkan bekas luka memang sengatan itu namun justru itulah seninya. Sebuah seni saat semua tak berjalan seharusnya, semua berjalan secara acak, tak beraturan, dan tak berpola. Hanya bergantung pada kesejalanan hati, pikiran, dan indera.
Cukup sekali saya menodai catatan hidup saya sendiri dengan tinta merah. kebodohan telah benar-benar membutakan saya. Begitu manjanya saya ketika tak mampu berdiri di kaki sendiri. Saya lupa kaku saya masih memiliki dua buah tangan. Bagaimana mozaik hidup ini belum seberapa kesakitannya. Takkan lagi saya pertaruhkan usaha yang saya bangun bertahun-tahun sia-sia, komitmen saya untuk selalu total juga tak mungkin saya relakan berujung abu. Memang keyakinan pada Allah hanyalah satu-satunya pegangan saya untuk selalu berharap yang terbaik baik di depan atau di belakang semua yang berjalan bersama saya. Tetapi itu lebih dari cukup. Tak ada yang bisa diandalkan selain Allah, saya hanya bisa mempercayakan apapun pada Allah, Dia satu-satunya yang dapat dipercaya dan hanya Dia pulalah yang benar-benar bisa menepati janji.
Tak ada yang tak mungkin, tak ada yang tak berubah, bahkan walaupun itu tentang hati. Kesabaran dan kebesaran hati pasti juga akan merobohkan kekakuan jiwa. Jangan sekali-kali memvonis hati orang kepada diri sendiri, itu takkan pernah menjawab keeraguan. Justru semakin memperkeruh lautan perasaan yang tak terungkapkan. Berpikir positif terhadap diri saya sendiri dan orang lain layaknya harus saya tingkatkan, Tidak selamanya intuisi ini mengacu pada kebenarannya. Keseimbangan hati dan pikiran wajib untuk dilatih.
Kebahagiaan akan saya rasaka jika saya meniti tiap-tiap pijakan dengan mensyukurinya dan tanpa berfikir hal itu adalah sebuah kesalahan. Saya takkan pernah tahu itu benar, kalau saya tak mengetahui apa yang salah. Nikmati tiap prosesnya, proses terjatuh, tertatih, sakit, berdiri, meloncat, dan apapun proses itu.
Saatnya membuka mata, saya bukan pecundang yang tak memilki talenta, namun waktu saja yang belum mengizinkan orang lain menikmati talenta yang saya miliki. Tak boleh hanya menunggu, bukan lagi saatnya saat menunggu umpan, kini saatnya saya berpijak, meloncat, dan terbang.
Ini seperti sengatan lebah dan membuat saya berteriak sehingga menyadarkan diri ini terhadap beberapa hal yang luput. Sakit dan meninggalkan bekas luka memang sengatan itu namun justru itulah seninya. Sebuah seni saat semua tak berjalan seharusnya, semua berjalan secara acak, tak beraturan, dan tak berpola. Hanya bergantung pada kesejalanan hati, pikiran, dan indera.
Jumat, 14 September 2012
Mengawali Perkuliahan
HUBUNGAN INTERNASIONAL-UNIVERSITAS GADJAH MADA
Suatu hal yang setahun terakhir ini sangat memenuhi kepala saya bahkan sampai sekarang saat saya telah menjadi bagiannya. Perasaan yang benar-benar absurd menurut saya.
Saya tidak tahu mengapa saya tiba-tiba kehilangan passion saya di awal karir perkuliahan ini, entah bagaimana bisa. Mungkin karena saya belum mendapat sesuatu yang benar-benar menarik setelah masuk di dalamnya. Lingkungan sosial yang baru dan jauh berbeda memberikan efek yang lumayan pada kelabilan ini. Kini saya sedang mencoba menikmati tiap waktu dan kesempatan yang telah dianugerahkan Allah pada saya. Ini pilihan saya, saya harus mempertanggungjawabkannya, tidak hanya pada Allah tapi juga orang tua saya. Jadi tidak ada pilihan selain menjalani dan memberikan apa pun yang terbaik dari diri saya.
Yah, setidaknya, dua minggu di kampus saya telah berhasil menemukan beberapa orang yang bisa saya ajak diskusi serta cukup senasib-sepenanggungan. Selain itu, saya juga berhasil menemukan kakak tingkat yang cukup kece, pintar, dan menyenangkan. Walau hanya bisa untuk sekedar sedap dipandang, tapi itu benar-benar menjadi kegembiraan tersendiri. Hehe. Itu semua cukup lah untuk menghibur diri dari segala dampak culture shock yang saya temui di HI ini.
ps.berharap suatu saat bisa menjalin hubungan dengan pribadi yang menyenangkan, rame, tapi tetep pinter dan tentu saja kece seperti mas-masnya itu. :)
Suatu hal yang setahun terakhir ini sangat memenuhi kepala saya bahkan sampai sekarang saat saya telah menjadi bagiannya. Perasaan yang benar-benar absurd menurut saya.
Saya tidak tahu mengapa saya tiba-tiba kehilangan passion saya di awal karir perkuliahan ini, entah bagaimana bisa. Mungkin karena saya belum mendapat sesuatu yang benar-benar menarik setelah masuk di dalamnya. Lingkungan sosial yang baru dan jauh berbeda memberikan efek yang lumayan pada kelabilan ini. Kini saya sedang mencoba menikmati tiap waktu dan kesempatan yang telah dianugerahkan Allah pada saya. Ini pilihan saya, saya harus mempertanggungjawabkannya, tidak hanya pada Allah tapi juga orang tua saya. Jadi tidak ada pilihan selain menjalani dan memberikan apa pun yang terbaik dari diri saya.
Yah, setidaknya, dua minggu di kampus saya telah berhasil menemukan beberapa orang yang bisa saya ajak diskusi serta cukup senasib-sepenanggungan. Selain itu, saya juga berhasil menemukan kakak tingkat yang cukup kece, pintar, dan menyenangkan. Walau hanya bisa untuk sekedar sedap dipandang, tapi itu benar-benar menjadi kegembiraan tersendiri. Hehe. Itu semua cukup lah untuk menghibur diri dari segala dampak culture shock yang saya temui di HI ini.
ps.berharap suatu saat bisa menjalin hubungan dengan pribadi yang menyenangkan, rame, tapi tetep pinter dan tentu saja kece seperti mas-masnya itu. :)
Rabu, 04 Juli 2012
wait and see.....
saya tidak tahu apakah saya sudah maksimal dalam berusaha
saya tidak tahu apakah saya telah memberikan yang terbaik dari diri saya
hanya satu yang saya tahu yaitu, saya telah melakukan apa yang saya rasa cukup untuk dilakukan
kata cukup itu apakah cukup akan membawa saya kesana
saya juga tidak tahu
wait and see...
bulan-bulan terakhir ini
saya merasakan banyak sekali hal-hal yang saya lakukan itu belum tepat
banyak hal di luar rencana saya
banyak hal di luar dugaaan saya
rasa-rasanya belum ada yang berjalan sebagaimana mestinya, versi saya sendiri,
entah versi Tuhan, saya belum mampu mencerna maksud Tuhan untuk saya
pikiran saya benar-benar dipenuhi hal-hal yang membuat saya khawatir
dipenuhin hal-hal yang seharusnya tidak saya pikirkan dulu
hanya sebuah keyakinan bahwa saat itu tiba semua akan lebih baik
apakah keyakinan mampu mendorong saya melewati itu
saya juga tidak yakin
wait and see...
baiklah saya hanya akan membiarkan tangan Tuhan yang bekerja, setidaknya untuk saat ini, membiarkan jiwa dan raga saya beristirahat sejenak tanpa mengkhawatirkan hal-hal di masa datang
saya tidak tahu apakah saya telah memberikan yang terbaik dari diri saya
hanya satu yang saya tahu yaitu, saya telah melakukan apa yang saya rasa cukup untuk dilakukan
kata cukup itu apakah cukup akan membawa saya kesana
saya juga tidak tahu
wait and see...
bulan-bulan terakhir ini
saya merasakan banyak sekali hal-hal yang saya lakukan itu belum tepat
banyak hal di luar rencana saya
banyak hal di luar dugaaan saya
rasa-rasanya belum ada yang berjalan sebagaimana mestinya, versi saya sendiri,
entah versi Tuhan, saya belum mampu mencerna maksud Tuhan untuk saya
pikiran saya benar-benar dipenuhi hal-hal yang membuat saya khawatir
dipenuhin hal-hal yang seharusnya tidak saya pikirkan dulu
hanya sebuah keyakinan bahwa saat itu tiba semua akan lebih baik
apakah keyakinan mampu mendorong saya melewati itu
saya juga tidak yakin
wait and see...
baiklah saya hanya akan membiarkan tangan Tuhan yang bekerja, setidaknya untuk saat ini, membiarkan jiwa dan raga saya beristirahat sejenak tanpa mengkhawatirkan hal-hal di masa datang
Sabtu, 30 Juni 2012
RESENSIKU *first publish"
Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Judul : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Pengarang : Tere Liye
Cetakan : 3, 2012
Design dan Ilustrasi : eMTe
Tebal : 512 Halaman, 20 cm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-7913-9
Cinta
Sepucuk Angpau Merah di atas Sepit
Oleh
: Tere Liye
Jujur
saja, ini adalah novel pertama yang saya beli dari uang yang keluar dari dompet
saya sendiri. Biasanya kalau tidak meminjam ya dibelikan oleh orang lain untuk
memenuhi dahaga saya membaca novel. Alasan saya untuk membeli novel ini awalnya
karena saya tertarik ingin mengikuti lomba resensi yang diadakan oleh Gramedia
Pustaka Utama bekerja sama dengan penulis kawakan Tere Liye.
Dengan
sampul yang didominasi warna jingga membuat novel ini semakin terlihat feminim
dan melankolis. Yang menarik, ketika saya melihat bagian belakang dan ternyata
tidak sepatah kata pun sinopsis tentang kisah dibalik novel ini muncul, membuat
keingintahuan saya melonjak.
Rasa
penasaran semakin membuncah kala dengan seksama saya memperhatikan detail
sampul novel ini. Sebenarnya cerita seperti apa yang diusung oleh sang
pengarang dengan menampilkan sosok gadis berpayung yang sedang berdiri di
tepian dermaga kecil –terlihat dari adanya beberapa perahu sederhana di tepi
sungai. Dan yang membuat saya semakin tertarik adalah rupa sayu sang gadis.
Apakah ini cerita roman dramatis yang penuh tragedi? Tidak. Memang tidak
sepenuhnya seperti itu. Semua di luar dugaan.
Sungguh,
3 hari saya menyelesaikan novel ini, saya merasa sangat tidak rugi memberikan
kesempatan Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau
Merah menjadi novel pertama yang saya beli sendiri. Emosi yang dibawa oleh
novel karya asli Tere Liye ini mampu membuat saya tertawa terbahak, tersenyum,
khawatir, termenung, berkaca-kaca hingga menitikkan air mata silih berganti.
Untaian kata-kata dalam setiap kalimatnya selalu mengandung makna.
Walaupun
tema cerita yang diangkat bukan tema cinta metropop seperti kebanyakan novel,
novel ini sama sekali tidak membosankan. Justru sebaliknya, ini merupakan tema
yang ringan dan menarik karena dekat dengan kehidupan sehari-hari kita. Kearifan
lokal penduduk Pontianak kelas menengah bawah seperti keseharian para pengemudi
sepit dan penduduk sekitar sungai, perselisihan antarpengemudi akibat aturan
dan konflik personal, serta gotong royong diantara mereka menjadi daya tarik
tersendiri. Pengarang secara konsekuen menggunakan sudut pandang orang pertama.
Dan plot beralur maju yang dibawakannya pun terangkai apik membuat kita semakin
mudah memahami alur cerita.
Sederhana
dan tidak dibuat-buat, itulah kalimat yang sedikitnya mampu menggambarkan
keseluruhan cerita romantis berlatar Sungai Kapuas ini. Borno, bujang dengan
hati paling lurus di sepanjang tepian Kapuas adalah nahkoda dalam kisah cinta
klasik ini. Dalam kisah ini, Borno ditemani oleh seorang tokoh panutan. Adalah
Pak Tua menjadi orang yang selalu Borno tuju kala ia dirundung keragu-raguan.
Tokoh Pak Tua sendiri membuat saya betah karena tersihir dengan segala
pengetahuan dan petuahnya.
Borno
memang beruntung, dia diasuh oleh orang tua yang sangat mulia dan dikelilingi
orang-orang yang baik pula. Namun, saat dirinya baru menginjak tahun ke dua
belas dalam hidupnya, ia harus merelakan bapak yang paling dia cintai untuk
pergi selama-lamanya. Sebelum helaian nafas terakhir beliau berhembus, beliau
dengan berbesar hati menyetujui pendonoran jantungnya untuk seorang pasien di
RSUD Pontianak. Namun, kejadian yang paling memilukan itulah yang justru
menjadi hulu dan hilir kisah cinta Borno.
Waktu
berlalu, Borno tumbuh menjadi pemuda mandiri. Selepas dari bangku SMA, ia
mencoba mencari pekerjaan. Ia sadar, ekonomi keluarganya tidak akan
memungkinkan dirinya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Mulai dari menjadi
seorang buruh di pabrik karet yang bau sampai menjadi penjaga palang masuk
kapal feri. Takdir dan nasib memang dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Semenjak menjadi pemeriksa karcis di pelampung –sebutan orang tepian Kapuas
untuk kapal Feri—, membuat hidup Borno yang sudah rumit –terutama urusan
pekerjaan— menjadi semakin runyam. Hingga akhirnya, dengan berat hati Borno
menerima pekerjaan yang paling dia hindari dalam hidupnya namun tetap
dijalaninya dengan hati ikhlas dan bersungguh-sungguh. Ya, menjadi pengemudi
sepit –perahu khas sungai Kapuas.
Hari-hari
menjadi pengemudi sepit tenyata tidaklah buruk. Seminggu
menjalani perploncoan dari Bang Togar sang ketua PPSKT (Paguyuban Pengemudi
Sepit Kapuas Tercinta) untuk pertama kalinya Borno mengemudikan sepit
berpenumpang –tanpa ditemani Pak Tua.
Untuk pertama kalinya pula hatinya merasakan suatu perasaan yang asing pada
seorang gadis peranakan cina yang tetap duduk di atas sepitnya walupun
penumpang yang lain turun dari sepit karena takut terjungkal ke dalam sungai
kapuas di penampilan perdananya mengemudikan sepit.
Surat
bersampul merah, dilem rapi, dan tanpa nama yang ditemukan oleh petugas timer di atas sepit tua milik Pak Tua
membuat Borno –pengemudi sepit Pak Tua hari itu—penasaran setengah mati. Pemuda
ini berpikiran kalau surat ini adalah surat penting yang mungkin terjatuh dari
salah seorang penumpangnya. Asumsinya saat itu, surat itu mempunyai kans
terbesar untuk dimiliki gadis cina berbaju kurung kuning. Segala usaha
dilakukan Borno untuk dapat menemui si gadis. Namun kenyataan lain berbicara
saat Borno melihat pengemudi sepit lain membawa surat bersampul merah, dilem
rapi, dan tanpa nama yang sama dengan surat yang dia miliki. Dan semakin
menohok saja, kala si gadis menegurnya, “Abang
Borno, mau angpau? Oh, Abang Borno sudah dapat?”.
Menerima
kenyataan pahit bahwa ternyata surat yang dia kira spesial ternyata hanya lah
sepucuk angpau beramplop merah tetap tidak menyurutkan “obsesi’ Borno. Hanya
untuk sekedar bisa berlama-lama menatap si gadis sendu menawan, Borno berusaha
untuk selalu mendapat antrean sepit nomor tiga belas agar sepitnya tepat
dinaiki si gadis yang biasa datang ke dermaga pukul 7.15. Sehari lima belas
menit, itulah durasi pertemuan Borno dengan Mei, nama gadis yang berhasil
membuat Borno kerap bertingkah bodoh.
Tak
butuh waktu lama rutinitas itu berlangsung, Mei pergi. Tak lama datang kembali,
kemudian pergi lagi dan selalu tanpa penjelasan. Ditambah lagi ketidaksukaan
Papa Mei terhadap Borno membuat hidup Borno jungkir balik. Borno kehilangan
separuh jiwanya yang ikut pergi bersama Mei ke Surabaya.
”Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada
saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tuhan sendiri yang akan
memberikan jalan baik, mungkin kebetulan yang menakjubkan”. (194)
Bagaimana
pun usahanya untuk mengejar ataupun melupakan Mei, yang terjadi tak pernah
sesuai perkiraannya. Tuhan memang sutradara terbaik. Membiarkan cintanya
mengalir layaknya aliran Sungai Kapuas yang akan terus deras mengalir atau kah
kering menguap mungkin adalah langkah terbaik. Borno pun bertekad melupakan
dalilnya sendiri untuk menjauhi Mei mengingat perbedaan di antara mereka.
Layaknya
lautan, cerita cinta mereka juga mengalami pasang-surut. Puncaknya, di suatu
sore dengan tiba-tiba dan tanpa alasan yang jelas, Mei meminta agar mereka
tidak usah bertemu lagi. Sejak hari itu Mei tanpa kabar. Hal itu membuat Borno
frustasi. Berbagai upaya dia lakukan untuk mendapat penjelasan, namun Mei hanya
diam. Borno yang terus mendesak meminta penjelasan dari Mei, membuat Mei tak
sanggup lagi menghindari Borno, Mei pun meninggalkan Pontianak terbang ke
Surabaya dan berharap waktu bisa membuat segalanya jelas.
Setahun
semenjak kepergian Mei, Borno dengan bersusah payah untuk dapat beraktivitas
seperti biasa. Tetap menjadi bujang dengan hati paling lurus di sepanjang
tepian Kapuas. Hingga suatu ketika, bibi penjaga rumah keluarga Mei di
Pontianak menemui Borno dan menjadi awal titik terang dari segala keburaman
yang terjadi. Baru diketahui Borno, bahwa surat bersampul merah, dilem rapi,
dan tanpa nama dahulu bukanlah angpau melainkan memang sebuah surat untuknya
yang sengaja dijatuhkan Mei untuknya. Selesai membaca surat itu, teranglah
segalanya.
Tahukah
kalian, ini adalah sebuah kisah cinta yang tak pernah kita sangka bagaimana
alirannya. Apapun yang terjadi di masa
lalu, Borno tak peduli. Masa lalu biarlah berlalu, bukannya tak peduli apa itu “jasmerah”, tapi bagi Borno tak kan ada
yang mampu mengubah perasaan pada Mei, dia akan tetap mencintai gadis itu.
Novel
ini patut dibaca oleh remaja, khususnya bagi mereka yang sering terbuai dengan
janji manis dalam cinta atau sedang patah hati sekalipun. Cinta sejati tak kan
pernah mudah. Kisah ini mengajarkan pada kita bahwa cinta tak perlu buaian dan
bualan. Akan tetapi cinta itu adalah tindakan. Tak hanya remaja, seorang dewasa
pun perlu mengetahui kisah ini. Agar mereka mengingat kembali bagaimana
perjuangan mereka hingga bersama orang yang mereka cintai seperti saat ini.
Dari kisah ini kita belajar untuk lebih menghargai rasa terindah dan tertinggi
yang ditiupkan Tuhan untuk setiap insan di dunia yaitu, cinta.
Pengarang
berhasil memperlihatkan bahwa cinta tak akan pernah memperdulikan masa lalu,
sekarang, ataupun masa yang akan datang. Cinta hanya peduli pada dirimu yang
jujur kapan pun itu. Namun pengarang tidak melulu berkutat dengan romansa cinta,
bagaimana hubungan dengan keluarga, sahabat, dan guru, bahkan orang yang belum
dikenal pun ditampilkan. Banyak teladan di dalamnya.
Novel
ini terlihat sangat penuh dengan adanya beberapa kisah minor lainnya. Walaupun kisah itu mampu membumbui kisah utama
dengan baik dan dapat dijadikan teladan, namun jadi terasa terlalu melebar dari
plot. Tak adanya ilustrasi bentuk fisik tokoh utama, Borno, juga menjadi satu
ketidaknyamanan tersendiri bagi pembaca karena rasa penasaran yang muncul
bagaimana perawakan pemuda tangguh itu. Selebihnya, bagaimana pengarang
memberikan porsi untuk tiap tokoh dan penokohannya itu sendiri sangat pas.
Dari
novel ini, pengarang membuka mata saya, “Cinta
selalu saja misterius. Jangan diburu-buru, atau kau akan merusak jalan ceritanya
sendiri”. (288)
Saya
tersadar bahwa Tuhan selalu memiliki skenario cinta terindah untuk setiap
insan. Tak perlu berpikiran yang macam-macam, jangan biarkan hati ini gulana.
Berharaplah yang terbaik. Sungguh Tuhan lah yang menentukan akan berepisode
pendek atau panjang, akan berakhir bahagia atau tragedi skenario cinta kita.
Pengarang
yang lahir dan tumbuh di pedalaman Sumatera, tepatnya di Tandaraja, Palembang, 33
tahun lalu dalam menulis selalu menelurkan arti kerja keras, mungkin karena
beliau lahir di lingkungan petani sehingga tulisannya tidak pernah jauh dari
makna perjuanganan. Pengarang yang menuliskan asal-muasal nama “Pontianak” juga
kekhasan budaya Pontianak membuat novel ini patut diacungi jempol. Karena kini
tidak banyak novel yang mengangkat tradisi nusantara. Abang Darwis Tere Liye
memang lihai menaik-turunkan mood pembaca dengan detail latar, setting, dan
kalimat. Sebuah seni yang sarat pesan moral, ilmu, dan tips bermanfaat.
Sabtu, 19 Mei 2012
Hanya Aku
Takut menyakiti, sangat takut.
Namun, sekarang atau besok, akan tetap menyakiti.
Seribu kata maaf telah terucap.
Ini akan menjadi ke-seribu satu.
Pantaskah?
Rumit memang untuk menafsirkan.
Keyakinan tak ada mendesak kebimbangan.
Sulit untuk jujur, sulit pula untuk berkata tidak.
Diam.
Membiarkan itu terlihat benar.
Tak ingin ada harapan lagi.
Ini bukan lah hal yang baik.
Bukan sesuatu yang bisa dilanjutkan.
Biarkan lah menjadi kenangan.
Tidak sedang memilih.
Karena memang bukan pilihan.
Hanya menarik benang merah.
Mengetahui yang benar.
Menjalani yang semestinya.
Pergi atau bertahan?
Tidak penting saat ini.
Waktu yang akan menjawab.
Kini bukan kamu bukan juga dia.
Hanya aku.
Namun, sekarang atau besok, akan tetap menyakiti.
Seribu kata maaf telah terucap.
Ini akan menjadi ke-seribu satu.
Pantaskah?
Rumit memang untuk menafsirkan.
Keyakinan tak ada mendesak kebimbangan.
Sulit untuk jujur, sulit pula untuk berkata tidak.
Diam.
Membiarkan itu terlihat benar.
Tak ingin ada harapan lagi.
Ini bukan lah hal yang baik.
Bukan sesuatu yang bisa dilanjutkan.
Biarkan lah menjadi kenangan.
Tidak sedang memilih.
Karena memang bukan pilihan.
Hanya menarik benang merah.
Mengetahui yang benar.
Menjalani yang semestinya.
Pergi atau bertahan?
Tidak penting saat ini.
Waktu yang akan menjawab.
Kini bukan kamu bukan juga dia.
Hanya aku.
Sabtu, 21 April 2012
New Session
Subhanallah, subhanallah, subhanallah . . . Setelah tiga bulan berjuang melawan segala rasa lelah dan jenuh kini semua terasa lebih ringan. Memang aku belum tahu hasilnya seperti apa, yang terpenting aku sudah berusaha yang terbaik dari diriku untuk itu. Dan apapun hasilnya aku akan tetap bersyukur sama Allah dan senantiasa berkhusnudzon dengan segala apa yang akan terjadi. Sungguh luar biasa kuasa-Nya. Tiga bulan ini aku diberikan pelajaran hidup yang luar biasa. Sebuah hal yang tidak terduga yang kemudian kejadian-kejadian itu membuat,
Aku jadi mengerti apa itu perjuangan . . .
Apa itu pengorbanan . . .
Dan apa itu mimpi . . .
Belum banyak asam-garam kehidupan yang aku rasakan, tapi setidaknya aku mulai mengerti bagaimana menghargai hidupku sendiri. Menghargai apa yang telah dianugerahkan Allah untukku. Karena disadari atau tidak, diluar sana ada banyak orang yang ingin ada di posisiku saat ini.
Tahun ini merupakan langkah awal dari kehidupanku yang sesungguhnya. Apa yang aku perjuangan saat ini akan menentukan arah kelanjutan di hidupku. Jadi aku harus berbuat yang terbaik bukan untuk setiap detail yang ada?
Sekarang atau besok pasti akan selalu ada tantangan, akan selalu ada hal-hal yang mengujiku. Setiap fase yang ada itu pasti punya tingkat kesulitan masing-masing. Tapi entah kenapa, aku sangat lega setelah melewati fase yang satu ini. Ya, aku legaaaaaaaaaaaa banget Ujian Nasional sudah berakhir. itu adalah kelegaan yang paling "exited" buat aku :)
Kalau ingat bagaimana aku merasa sangat tertekan karena Ujian Nasional, aku hanya bisa tersenyum sendiri. Start yang tidak cukup baik dan perubahan peraturan perihal SNMPTN undangan sempat membuatku jatuh. Kemudian aku disadarkan pula dengan sebuah kenyataan pahit bahwa aku tidak cukup berhasil menguasai mata pelajaran IPA dan itu semakin membuatku tertekan.
Aku berusaha tenang menghadapi semua itu, aku tidak ingin membuat orang lain apalagi orang tuaku khawatir. Namun, ternyata Allah mempunyai rencana lain. Nilai pra-UN pertamaku jauh di luar dugaan. Malu, sedih, bingung, tertekan campur aduk jadi satu. Saat itu aku benar-benar merasa ada di bawah. Aku merasakan apa itu “cobaan hidup”. Tapi itulah bukti kasih sayang Allah padaku. Allah ingin membentukku jadi pribadi yang jauh lebih bersyukur dan mengetahui apa yang sebenarnya aku inginkan. Secara tidak langsung hal itu telah menuntunku untuk menyadari hal-hal yang telah aku sia-siakan 1,5 tahun belakangan ini yang harus segera aku perbaiki.
Diibaratkan orang yang sedang berjalan, saat itu ibarat aku sedang berjalan tertatih karena luka di kakiku. Berusaha menguatkan diri sendiri dan terus berusaha berjalan tegap kembali cukup membutuhkan ekstra tenaga. Air mata pun terkadang tak bisa ku bendung hingga suatu saat aku biarkan juga seseorang menyeka air mata ini.
Tanpa dia mungkin aku akan lebih lama terjebak dalam “keputusasaanku” sendiri. Setidaknya kehadirannya membuatku lebih berarti pada saat aku terpuruk. Dia menjadi salah satu alasanku untuk tetap bertahan dan berjuang.
Merenungkan sesaat persiapan yang aku lakukan untuk menghadapi UN, aku mengetahui bahwa perjuanganku belum ada apa-apanya dibandingkan orang lain. Yah, tapi setidak-tidaknya aku telah berjuang dengan sangat keras -ukuran dan penilaianku sendiri- untuk menjamah segala tetek bengek UN. Kemudian aku jadi mengerti kenapa banyak kakak-kakakku “histeris” saat mengetahui bahwa mereka baru saja "sekedar" lulus UN.
Tapi sudah lah, itu semua sudah berlalu. Aku telah melewati salah satu fase pendewasaan diriku. Ternyata aku mampu melewati itu dengan lumayan baik –menurutku-. Sebuah pelajaran paling berharga yang aku dapat dari secuil pengalaman hidupku yang lalu, jujurlah pada dirimu sendiri, bagaimana pun keadaannya. Itulah yang paling penting, karena kamu akan mengetahui sebenar-benarnya kemampuan dan potensimu. Jangan sekali-kali kau kalah dengan ego dan gengsimu sendiri.
Big thanks untuk teman-temanku yang luar biasa. Kalian tidak henti-hentinya support aku dengan cara kalian masing-masing. Itu luar biasa.
Sekarang saatnya menatap ke depan! Bersiap untuk jadi pribadi yang luar biasa kawan!!!
ps. posting pertama di tahun 2012 tepat hari Kartini. I think that's great enough, 210412.
Aku jadi mengerti apa itu perjuangan . . .
Apa itu pengorbanan . . .
Dan apa itu mimpi . . .
Belum banyak asam-garam kehidupan yang aku rasakan, tapi setidaknya aku mulai mengerti bagaimana menghargai hidupku sendiri. Menghargai apa yang telah dianugerahkan Allah untukku. Karena disadari atau tidak, diluar sana ada banyak orang yang ingin ada di posisiku saat ini.
Tahun ini merupakan langkah awal dari kehidupanku yang sesungguhnya. Apa yang aku perjuangan saat ini akan menentukan arah kelanjutan di hidupku. Jadi aku harus berbuat yang terbaik bukan untuk setiap detail yang ada?
Sekarang atau besok pasti akan selalu ada tantangan, akan selalu ada hal-hal yang mengujiku. Setiap fase yang ada itu pasti punya tingkat kesulitan masing-masing. Tapi entah kenapa, aku sangat lega setelah melewati fase yang satu ini. Ya, aku legaaaaaaaaaaaa banget Ujian Nasional sudah berakhir. itu adalah kelegaan yang paling "exited" buat aku :)
Kalau ingat bagaimana aku merasa sangat tertekan karena Ujian Nasional, aku hanya bisa tersenyum sendiri. Start yang tidak cukup baik dan perubahan peraturan perihal SNMPTN undangan sempat membuatku jatuh. Kemudian aku disadarkan pula dengan sebuah kenyataan pahit bahwa aku tidak cukup berhasil menguasai mata pelajaran IPA dan itu semakin membuatku tertekan.
Aku berusaha tenang menghadapi semua itu, aku tidak ingin membuat orang lain apalagi orang tuaku khawatir. Namun, ternyata Allah mempunyai rencana lain. Nilai pra-UN pertamaku jauh di luar dugaan. Malu, sedih, bingung, tertekan campur aduk jadi satu. Saat itu aku benar-benar merasa ada di bawah. Aku merasakan apa itu “cobaan hidup”. Tapi itulah bukti kasih sayang Allah padaku. Allah ingin membentukku jadi pribadi yang jauh lebih bersyukur dan mengetahui apa yang sebenarnya aku inginkan. Secara tidak langsung hal itu telah menuntunku untuk menyadari hal-hal yang telah aku sia-siakan 1,5 tahun belakangan ini yang harus segera aku perbaiki.
Diibaratkan orang yang sedang berjalan, saat itu ibarat aku sedang berjalan tertatih karena luka di kakiku. Berusaha menguatkan diri sendiri dan terus berusaha berjalan tegap kembali cukup membutuhkan ekstra tenaga. Air mata pun terkadang tak bisa ku bendung hingga suatu saat aku biarkan juga seseorang menyeka air mata ini.
Tanpa dia mungkin aku akan lebih lama terjebak dalam “keputusasaanku” sendiri. Setidaknya kehadirannya membuatku lebih berarti pada saat aku terpuruk. Dia menjadi salah satu alasanku untuk tetap bertahan dan berjuang.
Merenungkan sesaat persiapan yang aku lakukan untuk menghadapi UN, aku mengetahui bahwa perjuanganku belum ada apa-apanya dibandingkan orang lain. Yah, tapi setidak-tidaknya aku telah berjuang dengan sangat keras -ukuran dan penilaianku sendiri- untuk menjamah segala tetek bengek UN. Kemudian aku jadi mengerti kenapa banyak kakak-kakakku “histeris” saat mengetahui bahwa mereka baru saja "sekedar" lulus UN.
Tapi sudah lah, itu semua sudah berlalu. Aku telah melewati salah satu fase pendewasaan diriku. Ternyata aku mampu melewati itu dengan lumayan baik –menurutku-. Sebuah pelajaran paling berharga yang aku dapat dari secuil pengalaman hidupku yang lalu, jujurlah pada dirimu sendiri, bagaimana pun keadaannya. Itulah yang paling penting, karena kamu akan mengetahui sebenar-benarnya kemampuan dan potensimu. Jangan sekali-kali kau kalah dengan ego dan gengsimu sendiri.
Big thanks untuk teman-temanku yang luar biasa. Kalian tidak henti-hentinya support aku dengan cara kalian masing-masing. Itu luar biasa.
Sekarang saatnya menatap ke depan! Bersiap untuk jadi pribadi yang luar biasa kawan!!!
ps. posting pertama di tahun 2012 tepat hari Kartini. I think that's great enough, 210412.
Minggu, 25 Desember 2011
let's cook!!
SAYA INGIN SEKALI MASAK KUE-KUE INI!!!!!
Kue Kering Kopi Susu
http://www.rpkomplit.com/resep-kue-kering-kopi-susu-macam-macam-resep-kue-kering.html
Chocolate Coffee
http://www.resepkomplit.com/resep-chocolate-coffee-resep-kopi-didalam-kue-kering.html
GINGER COOKIES
http://www.resepkomplit.com/resep-ginger-cookies-resep-camilan-penyemarak-natal.html
Cake Coklat Vla Durian
http://www.resepkomplit.com/resep-membuat-cake-coklat-vla-durian.html
Souffle Ayam
http://www.resepkomplit.com/resep-makanan-selingan-aneka-souffle-resep-souffle-ayam.html
Adakah yang berkenan untuk memasak bersama saya? :)
Langganan:
Postingan (Atom)