Oups! Sangat lama tidak melirik, mengusap, dan memeluk blog ini.
Maafkan saya untuk ketidak-konsisten-an dalam menulis disini.
Justifikasi untuk kelakuan saya ini adalah beberapa bulan terakhir ini
saya kehilangan mood untuk menulis di blog, kesibukan adaptasi yang
lumayan menguras energi dan waktu, kebaikan hati dosen dalam memberikan
tugas kuliah yang berhasil menghilangkan nafsu menulis non-akademik, dan
yang paling mendukung kealpaanku di blog adalah my responsibility atas
beberapa proyek baik di kampus ataupun di rumah. Maaf lagi saya terlalu
banyak alasan.
Sekarang saya ingin mereview secara singkat
beberapa hal yang terjadi di bulan-bulan lalu yang tidak sempat saya
ceritakan secara detail dalam blog ini. Terlalu kadaluwarsa kalau
detail-detail. Dan postingan ini hanyalah sebuah pengantar dari
posting-posting selanjutnya yang akan segera rilis dengan lebih ciamik!
Buddy-System
Ini adalah salah satu program kerja
dari Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Korps Mahasiswa
Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada sebagai pengganti
keberadaan Dosen Pembimbing Akademik. (fyi, hanya jurusan Ilmu Hubungan
Internasional yang tidak memiliki Dosen PA). Dalam sistem ini, sekitar
7-9 mahasiswa baru menjadi satu kelompok dan didampingi oleh dua kakak
buddy serta satu observer. Tugas dua kakak buddy adalah membantu segala
hal yang berhubungan dengan akademik ataupun non-akademik selama itu
relevan dengan kehidupan di HI. Sedangkan kakak observer adalah
mengawasi kinerja kakak buddy, tapi pada kenyataannya, akhirnya
fungsinya tidak jauh berbeda dari kakak buddy.
Dalam buddy system
ini, saya masuk grup sebelas, awalnya grup tiga, namun entah dengan
latar belakang apa saya dimutasi. Komposisi buddy sebelas sendiri
terdiri dari saya, Neisha Prabandari, Sally Hannah, Aisha Sabila,
Japrenata, Panggih Prabowo, Alam Perdana, dan Freydo Hidzkia dengan
kakak buddy Dimas Valdy, Sriwiyata Ismail, serta kakak observer Ikhwan
Hastanto.
Jujur, awal bertemu mereka saya underestimate *maklum
waktu itu masih polos dengan pandangan kalau anak semua HI bermuka kaum
proletar, kecuali saya*. Mungkin nanti akan saya ceritakan detailnya di
sesi khusus personal personil buddy sebelas. Semoga post tersebut
bukanlah utopis.
Walaupun tidak dengan semua personal saya
merasakan kedekatan emosi, setidaknya buddy sebelas melahirkan keluarga
baru bagi saya. Banyak pelajaran hidup dan motivasi yang mereka berikan
untuk saya. Keberadaan ketiga kakak yang superior dengan jalan-jalannya
masing-masing membuat saya terpacu untuk bisa lebih dari sekedar
mahasiswa. Kehadiran kawan-kawan buddy pun membantu saya keluar dari
comfort zone dan mencoba pengalaman baru. Saya merasakan betul bagaimana
pola pikir saya cukup terinfeksi dengan pemikiran-pemikiran mereka dan
semua itu menambah wawasan saya.
Social Work
Nah
ini, program perpanjangan tangannya sistem buddy. Sebuah kegiatan yang
cukup banyak menguras emosi jiwa dan raga karena saya harus bertemu dan
dipaksa bekerja sama dengan orang-orang yang berbeda kelas dengan saya
sehingga sangat mempengaruhi prespektif antara kami. Sehingga tidak
dipungkiri banyak gesekan yang terjadi antara kami. Untung saja, tema SW
kami -gabungan buddy sebelas dan duabelas- adalah Pendidikan sehingga
tidak cukup sulit untuk memutuskan apa yang akan kami lakukan bagi
masyarakat sekitar. Yap benar, proyek kami adalah mengajar di SDN 2
Kandangan. Gesekan yang saya sebutkan tadi lebih ketika proses menuju
eksekusi, jadi walaupun terseok-seok, kami tetap mampu menyabet gelar
Best SW. Mungkin karena tema kami sangat mendukung dan tidak membutuhkan
banyak inovasi agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh subjek
sasaran. Namun lebih dari itu semua, saya mendapat banyak nilai
kehidupan dari SW. Kerja keras adalah satu dari sekian banyak nilai yang
saya dapatkan.
HI UGM angkatan 2012
Ahhhh..begitu banyak intrik
disana. Harus ada sesi khusus untuk menceritakan polah teman-teman HI
2012, apalagi kalau harus bercerita tentang Kula Nuwun Party. Sebuah
pesta yang wajib diselenggarakan oleh kami -mahasiswa baru- untuk
menjamu empat generasi HI diatas kami.
Secara general, di HI ini
saya merasa "lumayan hina" dengan berbagai image yang teman-teman HI
berikan untuk saya. Seriously, sebagian dari mereka menganggap saya
adalah "ibu dari mereka" karena mereka menganggap sikap dan perilaku
saya sangat keibuan. Oh God, saya sangat heran, dari sisi mana mereka
melihat hal tersebut? Belum lagi panggilan "suketi" yang mulai populer
kembali, gosip percintaan tentang saya yang cukup mengganggu (predikat
jomblo kebelet nikah tapi setelah dilamar justru tidak mau, dipasangkan
oleh teman seangkatan tapi senior), dan masih banyak lagi pencitraan
yang sama sekali tidak saya harapkan.
Walaupun begitu, saya tetap
menemukan kebahagiaan disana, setidaknya konstruktif teman-teman kepada
saya membuktikan eksistensi saya. Bahwasannya, sebagai individu saya
masih dianggap keberadaannya oleh mereka dan setidaknya pula saya masih
bermanfaat bagi mereka, setidaknya untuk membuat mereka tertawa.
Bukankah membuat orang lain bahagia adalah sebuah tindakan baik yang
menghasilkan pahala?
takeline semester genap: lelah, lumayan hina, mbelgedhes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
leave a coment please :)