Selasa, 09 April 2013

Hai, are you missing me?

Oups! Sangat lama tidak melirik, mengusap, dan memeluk blog ini. Maafkan saya untuk ketidak-konsisten-an dalam menulis disini. Justifikasi untuk kelakuan saya ini adalah beberapa bulan terakhir ini saya kehilangan mood untuk menulis di blog, kesibukan adaptasi yang lumayan menguras energi dan waktu, kebaikan hati dosen dalam memberikan tugas kuliah yang berhasil menghilangkan nafsu menulis non-akademik, dan yang paling mendukung kealpaanku di blog adalah my responsibility atas beberapa proyek baik di kampus ataupun di rumah. Maaf lagi saya terlalu banyak alasan.
Sekarang saya ingin mereview secara singkat beberapa hal yang terjadi di bulan-bulan lalu yang tidak sempat saya ceritakan secara detail dalam blog ini. Terlalu kadaluwarsa kalau detail-detail. Dan postingan ini hanyalah sebuah pengantar dari posting-posting selanjutnya yang akan segera rilis dengan lebih ciamik!


Buddy-System
Ini adalah salah satu program kerja dari Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Korps Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada sebagai pengganti keberadaan Dosen Pembimbing Akademik. (fyi, hanya jurusan Ilmu Hubungan Internasional yang tidak memiliki Dosen PA). Dalam sistem ini, sekitar 7-9 mahasiswa baru menjadi satu kelompok dan didampingi oleh dua kakak buddy serta satu observer. Tugas dua kakak buddy adalah membantu segala hal yang berhubungan dengan akademik ataupun non-akademik selama itu relevan dengan kehidupan di HI. Sedangkan kakak observer adalah mengawasi kinerja kakak buddy, tapi pada kenyataannya, akhirnya fungsinya tidak jauh berbeda dari kakak buddy.
Dalam buddy system ini, saya masuk grup sebelas, awalnya grup tiga, namun entah dengan latar belakang apa saya dimutasi. Komposisi buddy sebelas sendiri terdiri dari saya, Neisha Prabandari, Sally Hannah, Aisha Sabila, Japrenata, Panggih Prabowo, Alam Perdana, dan Freydo Hidzkia dengan kakak buddy Dimas Valdy, Sriwiyata Ismail, serta kakak observer Ikhwan Hastanto.
Jujur, awal bertemu mereka saya underestimate *maklum waktu itu masih polos dengan pandangan kalau anak semua HI bermuka kaum proletar, kecuali saya*. Mungkin nanti akan saya ceritakan detailnya di sesi khusus personal personil buddy sebelas. Semoga post tersebut bukanlah utopis.
Walaupun tidak dengan semua personal saya merasakan kedekatan emosi, setidaknya buddy sebelas melahirkan keluarga baru bagi saya. Banyak pelajaran hidup dan motivasi yang mereka berikan untuk saya. Keberadaan ketiga kakak yang superior dengan jalan-jalannya masing-masing membuat saya terpacu untuk bisa lebih dari sekedar mahasiswa. Kehadiran kawan-kawan buddy pun membantu saya keluar dari comfort zone dan mencoba pengalaman baru. Saya merasakan betul bagaimana pola pikir saya cukup terinfeksi dengan pemikiran-pemikiran mereka dan semua itu menambah wawasan saya.

Social Work
Nah ini, program perpanjangan tangannya sistem buddy. Sebuah kegiatan yang cukup banyak menguras emosi jiwa dan raga karena saya harus bertemu dan dipaksa bekerja sama dengan orang-orang yang berbeda kelas dengan saya sehingga sangat mempengaruhi prespektif antara kami. Sehingga tidak dipungkiri banyak gesekan yang terjadi antara kami. Untung saja, tema SW kami -gabungan buddy sebelas dan duabelas- adalah Pendidikan sehingga tidak cukup sulit untuk memutuskan apa yang akan kami lakukan bagi masyarakat sekitar. Yap benar, proyek kami adalah mengajar di SDN 2 Kandangan. Gesekan yang saya sebutkan tadi lebih ketika proses menuju eksekusi, jadi walaupun terseok-seok, kami tetap mampu menyabet gelar Best SW. Mungkin karena tema kami sangat mendukung dan tidak membutuhkan banyak inovasi agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh subjek sasaran. Namun lebih dari itu semua, saya mendapat banyak nilai kehidupan dari SW. Kerja keras adalah satu dari sekian banyak nilai yang saya dapatkan.


HI UGM angkatan 2012
Ahhhh..begitu banyak intrik disana. Harus ada sesi khusus untuk menceritakan polah teman-teman HI 2012, apalagi kalau harus bercerita tentang Kula Nuwun Party. Sebuah pesta yang wajib diselenggarakan oleh kami -mahasiswa baru- untuk menjamu empat generasi HI diatas kami.
Secara general, di HI ini saya merasa "lumayan hina" dengan berbagai image yang teman-teman HI berikan untuk saya. Seriously, sebagian dari mereka menganggap saya adalah "ibu dari mereka" karena mereka menganggap sikap dan perilaku saya sangat keibuan. Oh God, saya sangat heran, dari sisi mana mereka melihat hal tersebut? Belum lagi panggilan "suketi" yang mulai populer kembali, gosip percintaan tentang saya yang cukup mengganggu (predikat jomblo kebelet nikah tapi setelah dilamar justru tidak mau, dipasangkan oleh teman seangkatan tapi senior), dan masih banyak lagi pencitraan yang sama sekali tidak saya harapkan.
Walaupun begitu, saya tetap menemukan kebahagiaan disana, setidaknya konstruktif teman-teman kepada saya membuktikan eksistensi saya. Bahwasannya, sebagai individu saya masih dianggap keberadaannya oleh mereka dan setidaknya pula saya masih bermanfaat bagi mereka, setidaknya untuk membuat mereka tertawa. Bukankah membuat orang lain bahagia adalah sebuah tindakan baik yang menghasilkan pahala?










takeline semester genap: lelah, lumayan hina, mbelgedhes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

leave a coment please :)